Di antara kisah para nabi, kisah Nabi Idris AS mungkin terdengar lebih singkat, tetapi penuh dengan hikmah yang mendalam.
Beliau dikenal sebagai sosok yang cerdas, sabar, dan sangat mencintai ilmu. Dari kemampuan menulis hingga diangkat ke tempat yang tinggi, setiap bagian dari perjalanan Nabi Idris menyimpan pesan yang relevan hingga hari ini.
Siapakah Nabi Idris AS?
Nabi Idris AS adalah salah satu nabi awal dalam generasi manusia pertama (Ashabul Ahd), hidup beberapa generasi setelah Nabi Adam AS. Beliau merupakan keturunan Syits, salah satu putra Nabi Adam.
Nama asli Nabi Idris adalah Akhnukh, yang dalam tradisi Yahudi dan Kristen dikenal sebagai Enoch.
Sejak muda, beliau dikenal sebagai sosok yang sangat jujur, lembut, dan penuh ketakwaan, sehingga diberi gelar As-Siddiq.
Baca Juga: Kisah Nabi Yahya: Pengorbanan dan Kesabaran yang Menginspirasi
Perjalanan hidup Nabi Idris AS membawanya berdakwah di beberapa wilayah. Beliau memulai kehidupannya di Babilonia (Irak kuno), kemudian berpindah menuju Mesir untuk melanjutkan dakwah dan membimbing masyarakat kepada ajaran tauhid.
Meskipun kisah Nabi Idris tidak digambarkan secara panjang dalam Al-Qur’an, sosok beliau tetap memiliki kedudukan istimewa karena disebutkan dengan jelas dalam dua surat.
Dalam QS. Maryam ayat 56–57, Allah SWT berfirman:
“Dan ceritakanlah kepada mereka kisah Idris di dalam Kitab. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi. Dan Kami mengangkatnya ke martabat yang tinggi.”
Selain itu, Nabi Idris AS juga disebutkan dalam QS. Al-Anbiya ayat 85 bersama para nabi yang terkenal karena kesabarannya:
“Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris, dan Dzulkifli. Mereka semua termasuk orang-orang yang sabar.”
Kisah Nabi Idris AS dalam Berdakwah
Kisah dakwah Nabi Idris AS dimulai ketika beliau melihat masyarakat pada masanya mulai menjauh dari ajaran tauhid yang telah diwariskan oleh Nabi Adam dan Nabi Syits.
Padahal, saat itu manusia masih hidup pada generasi awal, tetapi penyimpangan akidah dan moral sudah mulai tampak. Mereka mulai saling berbuat zalim, mengikuti hawa nafsu, dan bahkan mengagungkan benda-benda ciptaan.
Melihat kondisi itu, Allah mengutus Nabi Idris untuk meluruskan kembali jalan umatnya. Beliau dikenal sebagai sosok yang lembut, bijaksana, dan sangat sabar.
Dengan tutur yang tenang, Nabi Idris mengajarkan bahwa manusia hanya boleh menyembah Allah, menjauhi kemaksiatan, dan menjaga akhlak dalam kehidupan sehari-hari. Beliau menasehati kaumnya agar meninggalkan sifat iri hati, kezaliman, dan segala bentuk kesyirikan.
Namun, seperti para nabi lainnya, dakwah Nabi Idris tidak selalu mudah. Banyak dari kaumnya yang menolak ajaran beliau dan lebih memilih hidup dalam kesesatan.

Meski demikian, Nabi Idris tetap teguh. Beliau tidak pernah berhenti berdakwah, terus menyampaikan peringatan dan kabar gembira kepada siapa pun yang mau mendengarkan.
Ketika penolakan di Babilonia semakin kuat, Nabi Idris memutuskan untuk membawa para pengikutnya hijrah ke Mesir.
Di negeri baru tersebut, dakwah beliau justru diterima dengan lebih baik. Nabi Idris mengajarkan ilmu pengetahuan, akhlak, hingga keterampilan hidup kepada masyarakat, mulai dari membaca, menulis, hingga pengelolaan kehidupan sosial. Berkat ajaran beliau, masyarakat Mesir hidup lebih tertata, damai, dan beriman.
Kedalaman Spiritual Nabi Idris AS
Selain ujian dalam berdakwah, terdapat kisah terkenal yang menggambarkan kedalaman spiritual Nabi Idris. Dalam riwayat, disebutkan bahwa Nabi Idris pernah meminta kepada Malaikat Izrail agar diperlihatkan bagaimana rasanya dicabut nyawa.
Permintaan ini bukan karena keinginan untuk menantang takdir, melainkan karena kecintaannya terhadap ilmu dan hikmah. Nabi Idris ingin memahami proses kematian sebagai bagian dari takdir Allah yang besar.
Dengan izin Allah, Malaikat Izrail pun memperlihatkan proses tersebut dalam bentuk yang sangat singkat. Dari peristiwa ini, Nabi Idris semakin memahami hakikat kehidupan dan kematian, serta semakin memperdalam keyakinannya kepada Allah.
Mukjizat Nabi Idris AS
1. Kemampuan Menulis yang Diwahyukan
Nabi Idris AS dikenal sebagai manusia pertama yang mampu menulis dengan pena. Pada masa itu, tulisan belum dikenal sama sekali, sehingga kemampuan ini dianggap sebagai salah satu mukjizat yang Allah berikan untuk memudahkan penyampaian ilmu dan wahyu kepada manusia.
Baca Juga: Siapa Saja Ulul Azmi? Ini Penjelasan dan Kisah Teladannya
2. Penguasaan Ilmu Astronomi dan Perhitungan
Beliau dianugerahi pengetahuan luas tentang pergerakan bintang, perhitungan waktu, dan ilmu falak. Pengetahuan ini membantu masyarakat pada masa awal peradaban untuk memahami musim, waktu ibadah, dan pengaturan aktivitas sehari-hari.
3. Mengajarkan Teknik Menjahit dan Keterampilan Hidup
Nabi Idris disebut sebagai orang pertama yang mengajarkan cara menjahit pakaian dari kain tenun, menggantikan penggunaan kulit hewan. Keterampilan ini menjadi dasar perkembangan teknologi tekstil dan meningkatkan kualitas hidup manusia ketika itu.
4. Diangkat ke Tempat yang Tinggi
Mukjizat terbesar Nabi Idris adalah diangkatnya beliau ke tempat yang mulia, sebagaimana disebut dalam QS. Maryam: 57. Riwayat menyebutkan bahwa Nabi Idris berada di langit keempat ketika ditemui Nabi Muhammad SAW dalam peristiwa Isra’ Mi’raj, menandakan derajat tinggi yang diberikan Allah kepadanya.
Penutup
Kisah Nabi Idris AS mengajarkan tentang keteguhan iman, kecintaan pada ilmu, dan kesabaran dalam menghadapi berbagai ujian hidup.
Sebagai salah satu nabi pada generasi awal manusia, beliau memberikan teladan dalam berdakwah, memperbaiki kehidupan masyarakat, serta memanfaatkan ilmu untuk kebaikan.
Semoga kisah Nabi Idris ini menjadi inspirasi untuk terus memperkuat keimanan dan menjalani hidup dengan penuh ketakwaan kepada Allah SWT.










